Reseller adalah jenis usaha yang dilakukan dengan membeli suatu produk dari produsen, lalu menjualnya kembali kepada konsumen. Sedangkan, dropship adalah model bisnis yang dilakukan dengan cara menjual produk secara langsung dari supplier ke konsumen.
Jika dipahami secara sekilas, antara dropship vs reseller sama-sama menjadi penghubung antara produsen dan konsumen. Lalu, apa yang membedakan keduanya? Nah, berikut perbedaan reseller dan dropship selengkapnya:
1. Cara Kerja
Reseller memulai bisnisnya dengan membeli produk dari suatu supplier. Biasanya, reseller akan mendapatkan harga beli yang rendah jika sudah bekerja sama dengan supplier. Kemudian, produk tersebut akan dijual kembali oleh reseller dengan harga yang yang dapat ditentukan sendiri. Nantinya, jika sudah mendapatkan konsumen, maka reseller dapat mengirimkan barang kepada konsumen secara langsung.
Sedangkan, cara kerja dropship dimulai dengan memilih produk dari supplier. Kemudian, pelaku dropship bertugas untuk memasarkan produk tersebut melalui online. Biasanya melalui media sosial, website, atau marketplace. Nantinya, jika ada konsumen yang bertransaksi, maka produk akan dikirimkan langsung oleh supplier kepada konsumen dengan menggunakan brand dari dropship Anda.
Jadi intinya, reseller bisa dijalankan sendiri. Mulai dari promosi hingga pengiriman produk. Sedangkan, dropship tergantung dengan supplier. Mulai dari tahap pemilihan produk hingga pengiriman barang kepada konsumen.
2. Kebutuhan Modal
Untuk memulai bisnis reseller, Anda perlu menyiapkan modal. Setidaknya ada beberapa hal yang perlu Anda siapkan. Misalnya:
- Uang untuk membeli produk dari supplier
- Ruang untuk penyimpanan
- Kebutuhan packaging atau pengemasan untuk pengiriman produk
- Jaringan internet
- Smartphone atau laptop untuk operasional
Sedangkan, untuk bisnis dropship, Anda hanya membutuhkan sedikit modal, yaitu:
- Jaringan internet
- Smartphone atau laptop untuk operasional
Anda tidak perlu memikirkan stok produk, penyimpanan, dan bahkan pengiriman produk. Karena, supplier adalah orang yang bertanggung jawab mengirimkan barang ke konsumen ketika terjadi proses jual beli.
3. Potensi Keuntungan
Baik reseller maupun dropship, keduanya mendapatkan keuntungan dari harga jual produk. Bedanya, reseller punya kebebasan untuk menentukan harga jual yang lebih tinggi jika menggunakan brand sendiri. Dengan begitu, reseller bisa mendapatkan potensi keuntungan yang tinggi juga.
Sedangkan, dropship biasanya memiliki potensi keuntungan yang terbatas. Penyebabnya, banyaknya persaingan dalam bisnis online ini, sehingga pelaku dropship cenderung memasang harga jual yang rendah. Akibatnya, keuntungan yang didapatkan juga cukup rendah atau terbatas.
4. Strategi Pemasaran
Untuk melakukan pemasaran secara online, Anda dapat memanfaatkan sosial media, marketplace, atau menggunakan website agar bisnis Anda jadi lebih terpercaya. Sedangkan secara offline, Anda dapat membuat toko offline yang bisa dikunjungi pelanggan. Dengan begitu, Anda bisnis Anda dapat ditemui pelanggan dengan banyak cara.
Beda halnya dengan dropship. Strategi pemasaran bisnis dropship hanya dapat dijalankan secara online. Karena, Anda tidak memiliki stok produk sama sekali.
Meskipun begitu, jika Anda menerapkan strategi digital marketing, maka bisnis Anda akan memiliki potensi kesuksesan online yang besar. Apalagi jika Anda berhasil memiliki online presence yang kuat dan basis konsumen yang loyal.
5. Potensi Risiko
Salah satu risiko atau ketakutan dalam bisnis reseller adalah barang tidak laku. Bayangkan, jika Anda sudah mengeluarkan modal untuk membeli produk. Namun nyatanya, produk Anda tidak laku di pasaran. Akibatnya, barang-barang yang tidak laku tersebut akan menumpuk di ruang penyimpanan.
Pada bisnis dropship, Anda tidak perlu khawatir barang-barang yang tidak laku akan menumpuk. Karena barang-barang yang Anda promosikan akan tetap berada di tangan supplier sebelum dikirimkan kepada konsumen.
Hanya saja, risiko yang lain dihadapi oleh bisnis dropship. Karena menyangkut kepercayaan pelanggan.
Bayangkan, jika konsumen membeli produk dari Anda karena kualitas yang Anda janjikan. Tapi nyatanya, supplier justru mengirimkan produk dengan kualitas yang rendah kepada konsumen atas nama brand Anda. Apa jadinya? Tentu, akan memberikan pengalaman yang buruk bagi pelanggan. Dengan begitu, bisnis Anda dapat kehilangan kepercayaan pelanggan.
6. Pelayanan kepada Pelanggan
Reseller akan melayani pelanggan mulai dari proses awal transaksi, pengemasan barang, pengiriman, hingga barang tiba ke tangan pembeli. Jika terjadi komplain dari pelanggan, maka reseller akan dapat menanganinya. Bahkan, dapat dikatakan pelayanan pelanggan reseller cukup mudah. Karena semua proses komunikasi terjadi antara pelanggan dan reseller saja.
Sedangkan dropship hanya berhubungan dengan pelanggan ketika menangani pertanyaan mengenai pemesanan, pembelian, dan komplain. Berikutnya, pengemasan dan pengiriman barang menjadi urusan supplier dengan konsumen.
Anda sudah mengetahui perbedaan dropship dan reseller. Agar lebih jelas, pada pembahasan berikutnya, kami akan menjelaskan secara rinci kelebihan dan kekurangan reseller dan dropship.